Selasa, 08 November 2011

“Lovebird beauty contest” sebuah keharusan: Peluang penangkaran burung saat ini dan masa mendatang (5)

Kontes keindahan burung lovebird
Lovebird Beauty Contes salah satu cara untuk memperluas pasar lovebird
Pengantar: Untuk artikel serial prospek penangkaran burung kali ini saya menekankan lagi ide Bird Beauty Contest yang dalam hal ini khusus untuk lovebird agar burung ini bisa dipertahankan pada harga normal dan terhindar dari kejatuhan harga yang tak terkendali alias terjun bebas.
Masalah Bird Beauty Contest ini pernah saya tulis beberapa tahun lalu. Bisa dilihat misalnya pada artikel Bird Beauty Contest dan “Kontes Lagu Galur Murni”.
Dari sekian eksperimen penangkaran yang pernah berhasil saya kelola dengan baik adalah penangkaran burung lovebird. Artinya, memang dari penangkaran burung lovebird itulah saya mendapatkan hasil yang berarti. Sementara untuk penangkaran burung jenis lainnya, bisa dikatakan saya belum sempat menikmati hasilnya karena keburu dilanda rasa bosan sebelum mendapat apa-apa selain pengalaman dan sedikit ilmu penangkaran.
Saya katakan “sedikit” karena kalau saat ini saya banyak mengetahui seluk-beluk penangkaran justru dari pengalaman teman-teman penangkar lain yang selalu terbuka berbagi ilmu penangkaran. Dari bekal “mengumpulkan” informasi dan pengalaman para penangkar dengan jenis atau ragam burung itulah saya mendapat bekal untuk mengelola blog yang sedang Anda kunjungi saat ini.
Lovebird impor
Apakah menangkarkan burung lovebird memang mudah? Tentu saya tidak bisa menjawab serta merta pertanyaan seperti ini. Hanya saja, dibandingkan dengan burung jenis lain, burung paruh bengkok yang satu ini relatif bisa ditangkarkan dengan dua cara yang sama-sama bisa berhasil, yakni dengan kandang soliter (sepasang-sepasang) dan dengan kandang koloni, atau beberapa pasang berada dalam satu kandang besar dan tiap pasangan punya glodok untuk beranak-pinak sendiri-sendiri.
Ya, minimal dengan adanya informasi bahwa burung lovebird relatif mudah ditangkar itulah saat ini sedemikian merebak penangkaran burung lovebird di mana-mana. Terlepas dari tingkat kesulitan yang dihadapi masing-masing penangkar, dan tentu saja banyak yang sampai gagal dan menyerah, fakta menunjukkan peredaran burung lovebird di masyarakat terus bertambah. Belum lagi saat ini masih terus saja mengalir masuk ke Indonesia burung-burung lovebird impor, baik langsung dari Eropa (sentra penangkaran burung lovebird yang besar saat ini ada di Eropa) atau masuk melalui Thailand, dan juga burung-burung lovebird Taiwan.
Prospek penangkaran lovebird
Jika kembali kepada tema utama serial penulisan tentang burung kali, maka pertanyaan utamanya adalah bagaimana prospek penangkaran burung lovebird di masa mendatang?
Kalau berbicara mengenai prospek penangkaran tentu berkaitan dengan bagaimana produk dari penangkaran itu bisa terserap pasar. Selama masih ada pasar yang menyerap, selama itu pula penangkaran burung lovebird akan berjalan. Saat ini, jelas pasar terus menyerap berapapun jumlah burung lovebird yang beredar. Masalahnya adalah, sampai kapan?
Untuk menjawab pertanyaan tentang ketahanan pasar dalam menyerap burung lovebird, ada pertanyaan lain yang harus dijawab dulu: Siapa sebenarnya konsumen burung lovebird terbesar saat ini?
Dalam asumsi saya, maka penyerap utama burung lovebird di pasaran adalah para (calon) penangkar. Mereka yang sudah menangkarkan tergerak terus untuk berburu calon indukan untuk ditangkarkan sementara mereka yang belum pernah menangkar sedang memulai menangkarkan burung lovebird.
Ditilik dari pergerakan harga lovebird saat ini, maka burung lovebird yang banyak diburu saat ini justru adalah burung lovebird dengan warna unik seperti lutino, albino atau burung lovebird dengan bulu trotol-trotol warna-warni atau dikenal dengan nama pasaran lovebird blorok.
Pergerakan harga burung lovebird tersebut sesungguhnya sangat bertolak belakang dengan situasi arena lomba burung kicauan saat ini, di mana lovebird yang dihargai tinggi adalah burung dengan volume keras, crecetan panjang dan memiliki semangat tempur yang baik alias siap tanding suara dalam kondisi lingkungan seperti apapun juga.
Pondasi rapuh
Fakta tersebut menurut saya sangat “rapuh” jika digunakan sebagai pondasi berkembangnya penangkaran burung lovebird saat ini. Sebab, ketika burung lovebird hasil para penangkar lama membanjiri pasaran, ketika para penangkar pemula merasa putus asa karena ternyata menangkar burung lovebird tidak segampang yang mereka bayangkan, dan pada saat yang sama para calon penangkar baru mengurungkan niatnya untuk menangkar burung karena melihat “kegelisahan” para penangkar pemula, maka pasar burung lovebird bakal runtuh.
Artinya, itulah waktu harga burung lovebird bakal turun, entah perlahan-lahan atau bahkan terjun bebas.
Bisakah hal itu dicegah? Menurut saya BISA selama ada niat bersama, baik tumbuh bersama-sama maupun dimulai dari sebuah komunitas tertentu, untuk mencegahnya. Niat apa? Ya tentu saja adalah memperluas pasar. Para penangkar burung lovebird atau para penghobi burung lovebird yang sudah eksis saat ini, harus membuka kemungkinan terbukanya pasar (lain) dari burung lovebird di luar pasar yang sudah ada saat ini.
Diversifikasi pasar: Lovebird beauty contest
Pasar burung lovebird mau tidak mau harus didiversifikasi. Perlebar dan perluas kecintaan pada burung lovebird di masyarakat dengan cara mensosialisasikan dan menggelar LOVEBIRD BEAUTY CONTEST. Jika komunitas penggemar burung lovebird bisa menggelar acara itu dengan branding yang kuat, maka burung lovebird tidak akan hanya disukai karena crecetan suaranya dan juga bukan karena “peluang investasi dengan harga karbitannya”.
Lovebird beauty contest akan mendorong orang untuk mulai menyukai burung lovebird karena keunikan perilaku dan keindahan bulunya sebagaimana kecintaan orang kepada hamster, kelinci, reptil, kucing, anjing dan beberapa jenis hewan yang dipelihara sebagai “binatang kesayangan”. Gelaran lovebird beauty contest akan memotivasi orang untuk memelihara burung lovebird dengan lebih memperhatikan kesehatan dan keindahannya karena masalah itulah yang akan dinilai dalam lovebird beauty contest dan bukan crecetan suaranya.
Buka kelas yang berbeda-beda
Kalau sekarang ini banyak orang berburu lovebird lutino, albino atau blorok, lantas apakah burung-burung dengan warna seperti itu yang akan dinilai sebegai burung yang indah dalam lovebird beauty contest? Tentu SALAH BESAR jika kita berasumsi atau berniat menggelar lovebird beauty contest dengan standar seperti itu.
Blorok, albino, lutino, pastel, biru, ungu dan sebagainya adalah warna-warna mutasi pada lovebird. Tentu harus ada kelas tersendiri dalam lovebird beauty contest misalnya “kelas lovebird mutasi”. Sementara untuk burung lovebird non-mutasi harus dibuka kelas yang berbeda-beda juga sesuai dengan spesies yang ada dan beredar di pasaran.
Untuk menggelar kontes keindahan atau kecantikan lovebird, kita tidak perlu membuat standar yang rumit karena sebenarnya di luar negeri sudah berkembang kontes seperti itu.
African Lovebird Society (ALS) misalnya, sudah menetapkan standar penilaian untuk kontes lovebird.
Standar yang digunakan adalah sebagai saya copykan dari web aselinya dan saya pasang di bagian bawah artikel ini.
Asyiknya lovebird beauty contest
Apakah lovebird beauty contest gampang diadakan? GAMPANG SEKALI dan menurut saya malah lebih simpel ketimbang lomba burung kicauan.
Lovebird beauty contest bisa diadakan di dalam ruangan indoor atau di dalam gedung. Begitu pemiliknya mendaftarkan burung pada pagi hari misalnya, maka dia bisa berkeliling melihat burung lain atau malah meninggalkan tempat untuk berecengkerama dengan peserta lain atau juga berkeliling kota bersama keluarga karena burungnya berada dalam penjagaan panitia di meja kontes sesuai nomer pendaftaran dan kelasnya.
Lovebird beauty contest bisa dilaksanakan seperti halnya kontes ikan atau kontes aglonaema atau kontes adenium. Burung lovebird dipajang dengan nomor urut tertentu dan berderet sesuai kelasnya, pemilik bisa kongkow-kongkow bersama peserta lain dan tidak saling menjauh seperti halnya kontes burung berkicau yang pesertanya takut burungnya tempur duluan dengan burung peserta lain sebelum bertanding.
Peserta lovebird beauty contest juga bisa membawa jagoan dalam jumlah banyak yang bisa ditata bertumpuk dalam sangkar kotak kecil tetapi kuat yang bisa diangkut secara nyaman dengan sepeda motor atau mobil.
Di luar negeri, bird beauty contest untuk burung kenari misalnya bahkan bisa berlangsung selama 7 hari dengan peserta ribuan (satu peserta ada yang membawa sampai puluhan burung jagoan). Selama berada di gedung tempat kontes, panitia menjaga burung-burung itu, termasuk mengganti pakan dan minum pada pagi hari dengan pakan yang disiapkan pemiliknya di dekat sangkar burung.
Yang jelas lovebird beauty contest akan merupakan ajang silaturahmi yang benar-benar bisa membaurkan pesertanya untuk saling kenal lebih dekat dan akrab karena mereka nyaris tidak perlu lagi risau dengan burung-burung gacoannya. Asyiklah pokoknya.
Berkaitan dengan tema artikel ini, maka jelas pula bahwa lovebird beauty contest akan bisa mempertahankan harga burung lovebird pada proporsi dan logika yang benar. Lovebird beauty contest akan memberi pondasi yang sangat kokoh pada keberlanjutan usaha penangkaran burung lovebird.
Jika para penangkar burung lovebird atau komunitas burung lovebird melupakan usaha diversifikasi pasar dengan salah satunya adalah memelopori atau memberi dukungan baik moril maupun materiil kepada lovebird beauty contest, saya pesimis prospek penangkaran burung lovebird bisa bertahan pada kondisi saat ini.
Jika mereka tidak peduli pada usaha diversifikasi pasar, maka mereka telah menggali lubang kubur untuk diri mereka sendiri… (Bersambung)
Show Standards for the African Love Bird
1. Beak should be neat and well tucked in; head full and round; eyes centered, clear and bright
2. Neck should be full and wide
3. Shoulders should have no appearance of the neckline
4. Breast should be deep, broad, and well rounded, tapering gradually to the tail
5. Back line should not be slack or hollow; almost straight
6. Wings should be held neatly in line with the body; flights must not droop or cross
7. Tail should be held neatly in line with body
8. Legs and feet should be straight and strong, firmly gripping the perch

Winner of the 1994 Great American
Medium green peachfaced Love Bird
Owned by Karl and Jean Wiley
Photo by Wayne Davis
Scale of Points
Size
15
Conformation
45

Head 15

Body 15

Wing&Tail 10

Feet 5
Color
15
Condition
15
Deportment
10


1995 National Show Winner at Home
Male Madagascar Love Bird
Owned by Jim and Janet Landvater
Photo by Landvater/Crow
Scale of points for Pied, Whitefaced, and Eye-ring Love Birds
Size
15
Conformation
35

Head 10

Body 10

Wing&Tail 10

Feet 5
Color
25
Condition
15
Deportment
10  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar