Senin, 07 November 2011

Burung Kakak Tua

 

Burung Kakak Tua 1
Luar biasa burung yang satu ini, usianya minimal sudah setua saya, 50 tahun! Dia adalah peliharaan ayah saya sewaktu saya masih disuapi. Ia tinggal di rumah keluarga kami di kampung halaman, di Jawa Tengah, sampai hari ini. Ayah saya sendiri sudah lama meninggal dan kakaklah yang terus memeliharanya sampai hari ini. Saya sendiri meninggalkan burung ini sejak saya sekolah di SMA, 34 tahun lalu, di kota Malang. Karena saya sayang binatang ini, yang selalu berteriak-teriak memanggil: kakak tua…kakak tua… ketika saya lewat (mungkin seharusnya saya yang memanggilnya kakak), maka ia sering saya belai ketika saya kecil dulu. Hanya karena insting saja saya berani membelainya, karena paruhnya suka tiba-tiba menggigit. Tapi hal itu hampir tak pernah dilakukannya kepada saya selama ini, kecuali saya membelainya sambil ngobrol sama orang lain, barangkali dia cemburu.
Ia gemar bergelantungan di luar kandangnya yang memang sengaja kami buka terus dari pagi sampai magrib, agar ia bisa jalan-jalan sesukanya di sekitar kandang. Kalau malam kami tutup karena kawatir dia dimakan tikus. Ketika sekolah SMA kami libur dan saya pulang kampung, burung itu masih selalu mengenali saya dan berteriak kencang sekali ketika saya mendekat: Kakak tua …kakak tua…! Lalu spontan dia keluar kandang dan minta dibelai! Saya sudah pasti melakukan hal itu entah berapa kali sehari kalau saya ada di rumah.
Burung Kakak Tua 2
Anda tahu, burung ini ternyata gemar sekali makan potongan keju! Semula kakak saya tidak tahu. Karena kakak berusaha di bidang roti, maka ia suka membawa potongan keju dalam nampan. Secara tak sengaja ia melewati burung tersebut yang sedang bergelantungan di luar kandang. Entah dikira biji jagung atau bagaimana, tiba-tiba burung tersebut menyergap nampan dan mencuri keju terus kembali ke tempatnya. Kakak saya kaget dan memperhatikan burung tersebut. Ternyata dia melahap keju itu dengan riangnya! Sejak itulah setiap hari sepotong keju ukuran 1×1x10 cm selalu menjadi jatahnya.
Sekarang usia saya sudah setengah abad, tinggal di Bandung dan jarang sekali pulang kampung sejak ayah kami meninggal sekitar 10 tahun yang lalu. Ketika keluarga besar kami mengajak reuni sekitar sebulan yang lalu, saya datang. Saya benar-benar takjub menyaksikan betapa masih sehatnya burung tersebut. Lihatlah bulu-bulunya yang berkilau dan begitu bersih, menandakan ia amat sangat sehat. Mungkin makanan keju itu ikut memberi andil. Sungguh amat sulit dipercaya usia burung ini bisa bertahan demikian tuanya, sangat tepat menyandang nama Kakak Tua. Barangkali para dokter kecantikan yang suka meneliti bagaimana cara mencegah penuaan, perlu meneliti burung ini untuk memperoleh jawaban: bagaimana regenerasi sel-sel di tubuh burung ini berlangsung sehingga tetap mampu memproduksi sel-sel muda untuk menggantikan sel-sel tuanya? Siapa tahu manusia bisa menirunya. Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar